Movie Review : The Insider

the insiderKali ini mau share sedkit tentang movie review film The Insider. Memang film ini sudah lama sih, tp ya berhubung kebetulan karena sesuatu hal, akhirnya gw membuat review dari film ini di doc. Gw pikir sayang jg sih kalo ga gw post di blog. So jadilah seperti berikut hasilnya.

The Insider adalah sebuah film yang ditayangkan di tahun 1999, yang diangkat dari kisah nyata acara televisi CBS yang bernama “60 Minutes”. Dikisahkan disini seorang mantan wakil kepala divisi research & development perusahaan rokok, Brown & Williamson (B&W) Tobacco Company, Jeff Wigand yang diperankan oleh Russell Crowl, dikeluarkan dari perusahaannya karena idealismenya sebagai ilmuan.

Dia menemukan bahwa pada rokok terdapat tambahan zat adiktif yang bersifat karsinogen dan juga membuat orang kecanduan. Idealismenya tersebut membuat dia ingin untuk mengungkapkan kebohongan yang diceritakan oleh CEO kepada public tentang bahaya dari zat nikotin.

Pada saat itu Dr. Wigand memberitahukan hal tersebut kepada CEO Brown & Williamson, yaitu Thomas Sandefur, dan ia juga mengajukan proposal proyek untuk pembuatan rokok yang aman. Akan tetapi ide itu ditolak oleh Sandefur karena apabila ia menyetujui ide itu, akan memberikan kesan bahwa produk mereka yang sudah beredar selama ini tidak aman.

Suatu saat Dr. Wigand bertemu dengan Lowell Bergman (Al Pacino), seorang jurnalis senior dan berpengalaman yang juga menjabat sebagai produser acara “60 Minutes”-nya televise CBS, yang sedang mencari ahli untuk menjelaskan tentang istilah teknis industri. Setelah melewatkan waktu bersama, Bergman menyadari bahwa Wigand menyimpaan rahasia yang dapat membuat keruntuhan industry rokok. Namun saat itu Wigand tidak berani berbicara karena telah terikat kontrak perjanjian dimana dia tidak boleh membocorkan rahasia perusahaan. Akhirnya secara perlahan namun pasti, Bergman berhasil meyakinkan Dr. Wigand untuk menjelaskan tentang zat-zat yang terkandung didalam rokok.

Lalu Wigand dipanggil untuk datang kehadapan CEO Brown & Williamson. Dibawah ancaman dia disuruh untuk menyetujui memperpanjang kontrak agar tidak membeberkan tentang rahasia dari rokok. Wigand lalu marah karena dia merasa Bergman membocorkan info pertemuannya yang lalu. Namun Bergman berhasil meyakinkan Wigand bahwa dia selalu menjaga keprofesianlisasiannya dan tidak membocorkan perihal pertemuan tersebut. Disini lalu Bergman berkata agar Wigand menentukan sikap, apakah akan membeberkan semua itu (blow the wistle) atau tetap diam.

A-bennfentesWigand akhirnya mengambil sikap untuk membeberkan semua hal yang dia ketahui tentang bahaya dari rokok. Disini untuk dapat menyatakan hal tersebut pun ternyata sangat sulit. Dia bahkan di terror oleh berbagai pihak yang tidak dikenal. Bahkan perusahaan rokok menyewa perusahaan untuk membuat kampanye yang menunjukkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan olehWigand selama hidupnya. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat tidak percaya terhadap kredibilitas dari Wigand.

Karena banyaknya ancaman-ancaman yang diterimanya, akhirnya Wigand memutuskan untuk merekam pengakuannya terhadap perusahaan rokok Brown & Williamson. Ia meminta bantuan Bergman untuk didalam merekam pengakuannya tersebut. Disitu Wigand menceritakan bagaimana Brown & Williamson membuat rokoknya menjadi lebih addictive. Disitu juga Wigand menyebutkan bahwa B&W secara sadar tidak menghiraukan himbauan tentang kesehatan masyarakat dengan dalih untuk mendapatkan keuntungan semata.

Setelah mendapatkan rekaman tersebut, Bergman dan rekannya Wallace menemui pimpian CBS dan membicarakan tentang interviewnya dengan Wigand. Disitu pihak CBS tidak mau menayangkan acara tersebut secara utuh, karena takut terbentur dengan adanya hukum yang ada, yaitu dimana jika ada dua orang yang bersepakat, seperti kesepatakan confidential, dan salah satu dari pihak tersebut di pengaruhi oleh pihak ketiga untuk melanggar perjanjian tersebut, maka pihak ketiga tersebut dapat dituntut.

Namun disini Bergman tetap bersikukuh untuk ingin menayangkan hasil rekaman interview tersebut secara utuh. Dia justru menganggap bahwa CBS News melakukan hal tersebut karena takut akan dituntut dan membuat perusahaan CBS hancur. Namun ternyata rekannya, Wallace, malah sependapat dengan CBS untuk mengedit interview tersebut sebelum ditayangkan. Dan karena Bergman tetap ingin menayangkan hal tersebut, pihak CBS menyuruhnya untuk “pergi berlibur”.

Setelah beberapa waktu hasil interview yang diedit itu ditayangkan, Bergman menghubungi Wigand. Wigand sangat marah terhadap Bergman, dan mengatakan semua ini terjadi karena manipulasi dari dirinya. Namun disini kembali Bergman dapat meyakinkan Wigand bahwa apa yang dilakukannya itu adalah tindakan yang benar, karena menyangkut hidup orang banyak.

Bergman pun tidak tinggal diam saja, dia lalu menelpon harian New York Times dan menceritakan scandal yang ada di penayangan acara “60 Minutes”. Saat itu berita tersebut akhirnya membuat suatu kehebohan. Oleh karena itu, penayangan acara interview tersebut lalu ditayangkan ulang, dan kali itu ditayangkan secara penuh tanpa adanya editing.

Dibagian akhir film, Bergman berbicara ke pada Wallace dan memberitahukan bahwa walaupun akhirnya penayangan dari interview tersebut ditayangkan secara penuh, dia tetap akan keluar dari perusahaan tersebut. Apa yang telah hancur disini tidak akan pernah kembali lagi.

Lalu terlihatlah secara sepintas tentang akhir dari kasus ini, Dr. Wigand dan istrinya bercerai karena banyaknya teror yang dialami Dr. Wigand pada masa ini. Ia kemudian mendedikasikan dirinya sebagai tenaga pengajar dan juga mendirikan yayasan untuk mengurangi rokok pada remaja.

Sedangkan untuk perusahaan-perusahaan rokok tersebut, November 1998, dibuat suatu kesepakatan antara perusahaan rokok dengan pemerintah yang disebut Tobacco Master Settlement Agreement yang mengharuskan perusahaan-perusahaan tersebut harus membayar denda sejumlah $206 milyar untuk 46 negara bagian, dan juga tidak boleh mempromosikan rokok untuk anak-anak.

The-Insider-1-QR3CJ0RIVW-1024x768Analisa

Dari sinopsi cerita tersebut, dapat saya analisa beberapa masalah etika yang terjadi di kasus tersebut. Diantaranya adalah:

  • Pihak CEO dari perusahaan B&W, dimana disini dia hanya mengedepankan keuntungan semata. Disini jika saya lihat dari sisi konsekuensi, tindakan yang diambil oleh CEO B&W dapat menimbulkan kerusakan dan penyakit untuk orang banyak, walaupun memang perusahaannya mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
    Jika dilihat dari sisi Deontology yang dihubungkan dengan pekerjaannya, sebenarnya dia memang melakukan pekerjaannya sebagai CEO, dimana CEO harus membuat perusahaan mendapatkan untung lebih besar tiap tahunnya, namun permasalahan disini terjadi karena cara yang dilakukan olehnya untuk meraih keuntungan tersebut. Bahkan dia pun berbohong di depan kongres demi tetap membuat perusahaannya untung. Dan juga meneror Wigand agar tidak buka mulut tentang hal tersebut. Sehingga menurut saya CEO disini tidak berperilaku secara etis didalam berbisnis.
  • Jeffry Wigand, dimana dia mengetahui semua kecurangan diperusahaan tersebut dan efek buruk yang dapat ditimbulkan dari rokok tersebut. Namun disini dia mengalami dilemma karena dia sudah menandatangani perjanjian untuk tetap bungkam. Padahal didalam dirinya sendiri, sebagai seorang ilmuwan, dia ingin untuk mengungkapkan hal tersebut kepada halayak ramai. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menceritakan hal tersebut.
    Disini dilihat dari sisi konsekuensi, pilihan Wigand memang memberikan resiko terhadap dirinya, baik karir, kesejahteraan hidupnya, bahkan nyawa keluarganya pun ikut menjadi taruhannya. Namun demi dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas, dia tetap rela menghadapi resiko tersebut.
    Menilik dari sisi Deontologi, peran yang dilakukan oleh Wigand menurut saya sudah benar. Dimana tugas dia sebagai seorang ahli untuk memberikan informasi tentang hasil temuannya. Disini pun diceritakan bahwa tindakan yang diambil oleh Wigand sudah sesuai prosedur, dimana awalnya hasil dari penelitiannya itu diberitahukan terlebih dahulu kepada pihak CEO. Namun berhubung akhirnya CEO nya sendiri tidak mau mensuport hasil penelitiannya, maka dia menempuh jalan lain untuk dapat tetap memberikan informasi ini kepada masyarakat luas yaitu dengan menjadi whistle blower. Kesimpulannya tindakan yang dia ambil sudah berdasarkan etika.
  • Lowell Bergman, disini dia membuat keputusan untuk tetap mempertahankan versi orisinal dari hasil interview. Namun ternyata keputusan ini ditentang oleh perusahaannya.
    Dari sisi konsekuensi, keputusan yang dia lakukan untuk mempertahankan pendapatnya itu dapat mengakibatkan karirnya di perusahaan tersebut terancam. Namun dia tidak peduli hal tersebut karena informasi yang dia dapatkan itu penting untuk di sebar luaskan.
    Dilihat dari sisi deontology secara pekerjaan, menurut saya apa yang dilakukan oleh Bergman sudah benar. Apalagi dia tetap mempertahankan keprofesionalisasian pekerjaannya sebagai jurnalis. Bahkan dia juga tidak mau untuk membuat berita yang mengada-ada. Oleh karena itu menurut saya tindakannya itu sudah sesuai standar etika.
  • CBS News, merupakan tempat Bergman bekerja, dimana ternyata karena takut dengan adanya tuntutan dari perusahaan rokok tersebut, malah memutuskan untuk menayangkan versi edit dari hasil interview yang didapatkan oleh Bergman.
    Disini jika saya lihat dari sisi konsekuensi, apa yang dilakukan oleh pihak CBS memang sangat dilematis. Karena jika memang dia akhirnya dituntut, maka nasib perusahaannya pun bisa ikut hancur, dan pegawai yang bekerja diperusahaan tersebut juga akan menjadi terlantar. Namun disatu sisi jika dilihat dari sisi Deontologi terutama sebagai pekerjaannya, maka CBS News tidaklah melakukan pekerjaannya sebagai media yang independen, yang mampu memberikan informasi bermanfaat kepada masyarakat luas karena adanya tekanan dari perusahaan lain. Maka dari itu sikap CBS News diamana akhirnya malah melego keputusan tersebut kepada perusahaan rokok tersebut malah membuat dia makin tidak etis bagi saya. Jadi kesimpulannya CBS News melakukan tindakannya secara tidak etis.

Dari teori whistle blower sendiri apa yang dilakukan oleh Wigand telah memenuhi syarat untuk menjadi Whistle Blower, dimana criteria yang etis untuk menjadi whistle blower adalah sebagai berikut:

  1. Jika produk dan keputusan perusahaan dapat membahayakan masyarakat
  2. Saat karyawan menemukan kesalahan atau ancaman dalam perusahaan, karyawan wajib melaporkan sebagai bentuk keprihatinannya.
  3. Ketika fungsi dari atasan sudah tidak berfungsi, maka karyawan juga wajib melaporkan.
  4. Karyawan harus mempunyai bukti tertulis
  5. Karyawan mempunyai alasan yang tepat untuk membuka masalah ini agar perusahaan menjadi lebih baik.

Wigand telah melakukan 2 jenis whistle blowing, yaitu internal whistle blowing dan eksternal whistle blowing. Dengan memberitahukan bahwa adanya zat adiktif dalam produk rokok, Wigand telah melakukan internal whistle blowing, sedangkan dengan memberitahukan di depan masyarakat melalui media, Wigand telah melakukan eksternal whistle blowing.

2 komentar:

  1. Great posting, anyway. Your article above is help me a lot. Kebetulan saya ada tugas untuk menganalisa code of ethics inside the movie. Dan film yang harus dianalisa itu film The Insider. So, Thanks because your post make me easier to finish my assignment.

    BalasHapus

Comment? Sharing?