Movie Review : The Final Destination

Seri (yang tampaknya) terakhir dari Final Destination ini ditampilkan dalam format 3D. Kembali berkisah tentang orang yang mendapat penglihatan mengenai kejadian maut yang akan menimpa mereka. Kali ini, maut mengambil korbannya di sebuah lintasan balap nascar. Dari awal film, penonton sudah disuguhi dengan gambar-gambar mobil berpacu kencang ke arah layar (penonton). Karena itu, rekomendasi saya bila anda ingin menonton film ini, tontonlah di teater 3D, karena berikutnya paku-paku, pisau, bahkan batu siap melayang ke arah anda.

Bermula dari pemuda bernama Nick (Bobby Campo) yang menonton balapan bersama pacarnya, Lori (Shantel VanSanten), sahabatnya, Hunt (Nick Zano) dan kekasihnya Janet (Halley Webb). Selama balapan berlangsung, NICK juga memperhatikan beberapa penonton lainnya, seperti seorang wanita yang memaksa memakaikan tampon di kuping kedua anak laki-lakinya, dua pasangan kekasih, seorang pria berpakaian koboi, dan seorang petugas penjaga keamanan. Di tempat lain, di bagian pitstop arena, mobil-mobil antre menunggu perbaikan mobilnya selesai dilakukan. Sebuah obeng tertinggal di salah satu mobil yang langsung melesat meninggalkan pitstop. Obeng tersebut jatuh di tengah lintasan, dihantam ban mobil-mobil yang lewat dan tak berapa lama kecelakaan maut itu dimulai. Berawal dari mobil-mobil yang saling bertabrakan, menghantam pagar di depan bangku penonton, sebuah ban melayang menghempas kepala wanita yang datang bersama anak-anak tadi. Bangunan arena mulai roboh dan puing-puing menimpa penonton, tak terkecuali si petugas penjaga juga LORI. NICK ikut terhempas dan sebuah besi menembus punggung sampai ke dadanya.

Tersadar dari penglihatannya, NICK segera meminta teman-temannya untuk keluar. Sempat menimbulkan keributan sehingga beberapa orang (yang disebut di atas) juga ikut keluar, kecuali wanita dari 2 pasang kekasih itu dan si pria koboi. Tak berapa lama, terdengar suara keras dari dalam arena, orang-orang berlari keluar dan api besar membara. Lebih dari 50 orang tewas di arena tersebut. Penglihatan NICK tak berhenti disitu, ia sering melihat hal-hal yang tak berhubungan berkelebat dalam pikirannya. Dan setiap kali mendapat penglihatan, sesaat kemudian orang-orang yang terlibat dalam balapan mati dengan tragis. Diawali dari salah satu pria yang kekasihnya tewas, lalu wanita dengan 2 anak lelakinya (tak jelas apakah kedua anaknya sebenarnya tewas atau tidak dalam penglihatan NICK, yang pasti mereka tidak mati di kenyataannya).

NICK dan LORI kembali ke arena balap supaya NICK bisa mengingat urutan kematian orang-orang tersebut. Tiba-tiba se petugas penjaga, George (Mykelti Williamson) datang menghampiri dan berkata bahwa rekaman video pengawas mungkin bisa membantu mereka. Dari rekaman tersebut, diketahui bahwa selanjutnya yang akan tewas adalah seorang pria yang istrinya juga tewas saat itu, kemudian HUNT dan Janet, lalu BB dan LORI, dan terakhir NICK. Keesokannya, NICK, LORI, dan George menemui pria tersebut di tempat kerjanya. Pria itu tak percaya dan (yahhh….) maut itu datang. Well, rasanya cukup sampai di sini resensi film ini. Tak bagus rasanya bila anda melewatkan keseruan dan kejutan-kejutan selanjutnya bila anda sudah tahu endingnya. Yang pasti, you can’t run from your destiny.

Pembahasan… tak banyak yang bisa dibahas dalam film ini selain aksi-aksi sadis yang tampaknya cukup banyak disensor (atau mungkin memang tak ada. Entahlah…) sebelum diputar di bioskop tanah air. Dengan durasi film kurang lebih 90 menit, adegan demi adegan terasa berjalan terlalu cepat seakan maut tak mengenal kata istirahat. Bisa jadi film ini memang dikhususkan untuk format 3D karena begitu banyak adegan yang ‘menohok’ mata. Karena itu rasanya sayang bila menonton film horror pertama yang diputar di jaringan duasatu ini tidak dalam format 3D.

1 komentar:

  1. Final Destination seri 1 ampe seri 3 ane suka, tapi untuk seri2 berikunya ane kurang begitu suka. Mungkin karena terlalu banyak dibuat sequelnya..

    BalasHapus

Comment? Sharing?